Seruan Damai dari Tengah Konflik: Menilik Kiprah Ahmadiyya dan Tokoh Dunia

Oleh: Abd Rahman Ak
Cianjur, Panyairan

Di tengah dunia yang terus bergejolak oleh perang dan konflik, banyak pihak mencari jalan keluar melalui kekuatan, diplomasi, atau bahkan senjata. Namun, di balik hiruk pikuk tersebut, ada suara yang secara konsisten dan tenang menyerukan damai — salah satunya datang dari komunitas Ahmadiyya.

Mengenal Ahmadiyya: Gerakan Islam Damai

Ahmadiyya adalah gerakan Islam reformis yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di Qadian, India, pada tahun 1889. Mereka percaya bahwa pendirinya adalah Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan, yang datang bukan untuk memerangi, tapi untuk memperbaiki akhlak dan membangkitkan spiritualitas umat manusia. Meski banyak mengalami penolakan dan penganiayaan di berbagai negara, komunitas ini tetap teguh dalam prinsip damai dan antikekerasan.

Ahmadiyya memaknai jihad bukan sebagai perang bersenjata, melainkan perjuangan damai, melalui pena, doa, dan akhlak mulia. Dalam banyak pernyataan resmi dan khutbah khalifahnya, mereka menekankan bahwa Islam tidak dibawa untuk menyebarkan kekerasan, melainkan kasih sayang universal.

Sebagai contoh, Khalifah Kelima Ahmadiyya, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, menyatakan:

"Islam mengajarkan perdamaian dan toleransi. Tidak ada paksaan dalam agama. Setiap bentuk kekerasan atas nama Islam adalah penyimpangan dari ajaran sejati Nabi Muhammad SAW."

Ahmadiyya juga menolak keras aksi terorisme dan penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan konflik politik maupun agama.


Kiprah Damai Global: Dari Mimbar ke Aksi
Komunitas Ahmadiyya secara aktif menggelar Peace Symposium tahunan di berbagai negara, termasuk Inggris, Jerman, dan Kanada. Acara ini dihadiri oleh tokoh lintas agama, politisi, akademisi, dan aktivis perdamaian. Seruan mereka tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi diwujudkan melalui berbagai lembaga kemanusiaan seperti Humanity First.

Dalam Peace Symposium 2023 di Inggris, Hazrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan:

"Jika kita benar-benar menginginkan perdamaian sejati di dunia, maka kita harus menegakkan keadilan dalam segala bentuknya — baik dalam hubungan antarnegara maupun antarindividu. Perdamaian tidak bisa dicapai tanpa keadilan."

Khalifah juga menekankan pentingnya penghapusan standar ganda dalam hubungan internasional, serta perlunya dialog antaragama sebagai jalan untuk menghilangkan prasangka.

Mereka mengirimkan bantuan kemanusiaan ke daerah bencana, membangun sekolah, rumah sakit, dan mendukung korban perang tanpa memandang agama atau ras.

Tokoh-tokoh Berpengaruh dalam Seruan Damai

Selain Khalifah Ahmadiyya, ada beberapa tokoh Muslim dan ulama yang dikenal di dunia Islam yang turut mengangkat pentingnya perdamaian dan toleransi — meskipun tidak selalu terkait langsung dengan komunitas Ahmadiyya, mereka memiliki semangat yang sejalan dalam membangun dunia tanpa kekerasan:

1. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur )– Tokoh pluralisme dan perdamaian dari Indonesia, yang selalu menyerukan pentingnya menghormati perbedaan agama dan keyakinan.
2. Prof. Dr. Quraish Shihab – Ulama tafsir yang menekankan pentingnya tafsir kontekstual dan menjunjung tinggi nilai damai dalam Islam.
3. Syekh Abdullah bin Bayyah – Ulama asal Mauritania, Presiden Forum Promoting Peace in Muslim Societies, aktif mengedepankan pendekatan Islam sebagai agama rahmat dan rekonsiliasi.
4. Habib Ali Al-Jifri – Ulama muda dari Yaman yang menyerukan cinta, akhlak, dan anti kekerasan dalam dakwahnya di berbagai negara.

Tokoh-tokoh ini membuktikan bahwa nilai damai dalam Islam sejati memiliki banyak wajah, dan terus diperjuangkan dari Timur Tengah hingga Asia Tenggara.

Selain itu, seruan damai dari komunitas Ahmadiyya juga mendapat perhatian dan dukungan dari sejumlah pemimpin dunia:

1. Ban Ki-moon (mantan Sekjen PBB) pernah mengapresiasi upaya perdamaian lintas agama yang diinisiasi oleh komunitas seperti Ahmadiyya.
2. Angela Merkel (mantan Kanselir Jerman) secara terbuka mendukung inklusi komunitas-komunitas Muslim damai dalam membangun harmoni sosial.
3. Justin Trudeau (Perdana Menteri Kanada) pernah memuji kontribusi Ahmadiyya dalam memperkuat multikulturalisme dan toleransi di Kanada.

Dukungan dari tokoh-tokoh ini menunjukkan bahwa seruan damai, meskipun datang dari komunitas kecil, dapat memberikan pengaruh besar dalam skala global jika dijalankan dengan konsistensi dan ketulusan.

Refleksi: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Seruan damai dari Ahmadiyya mengingatkan kita bahwa kekuatan sejati tidak selalu berasal dari senjata atau dominasi. Kekuatan bisa lahir dari konsistensi dalam nilai, kesabaran dalam menghadapi kekerasan, dan keberanian untuk tetap damai ketika dunia menuntut pertarungan.

Kita juga diingatkan bahwa banyak konflik berakar bukan dari ajaran agama itu sendiri, tetapi dari interpretasi keliru, ambisi kekuasaan, dan nafsu manusia. Dalam hal ini, komunitas Ahmadiyya menunjukkan bagaimana agama bisa tetap hidup sebagai sumber cinta dan solusi, bukan sebagai pemantik kebencian.

Penutup

Dalam dunia yang penuh suara tembakan dan kebisingan kepentingan, seruan damai sering terdengar pelan — tapi bukan berarti tak bermakna. Ahmadiyya mengajarkan kita bahwa ketenangan bukan kelemahan, melainkan kekuatan spiritual tertinggi.

Mereka mungkin kelompok kecil, tapi suaranya menggema hingga dunia internasional: Peace is the message. Love for all, hatred for none.

Komentar