- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh : Abd Rahman Ak
Cianjur, panyairan
Dalam sejarah ilmiah dunia, ada nama yang bersinar dari Timur
bukan karena kekuatan militer, politik, atau harta,
melainkan karena kejernihan berpikir dan ketulusan memberi.
Nama itu: Prof. Dr. Abdus Salam,
ilmuwan Muslim pertama peraih Penghargaan Nobel Fisika.
Prof.Dr. Abdus Salam lahir tahun 1926 di kota kecil Jhang, Punjab.
Ayahnya seorang pegawai kereta api, dan keluarganya hidup sederhana.
Namun sejak kecil, Salam sudah akrab dengan buku-buku dan mimpi-mimpi nya yang besar.
Di usia 14 tahun, ia menorehkan nilai sempurna di ujian matematika nasional,
membuat namanya mulai dikenal di kalangan akademisi Pakistan.
Dari Lahore ke Cambridge
Setelah menyelesaikan studi di Universitas Punjab, ia melanjutkan ke Universitas Cambridge, Inggris.
Di sana, kecemerlangannya semakin bersinar dalam bidang fisika teori.
Dia meneliti interaksi gaya lemah dan elektromagnetik,
dasar dari pemahaman kita hari ini tentang partikel subatom.
Namun yang membuatnya luar biasa bukan hanya otaknya,
melainkan hatinya yang tetap terikat pada nilai spiritual.
Ia berdoa, berpuasa, dan percaya bahwa ilmu adalah cara mengenal Tuhan.
Nobel Fisika 1979: Ilmu yang Menyatukan Dunia
Pada tahun 1979, Abdus Salam menerima Penghargaan Nobel Fisika dan menjadi orang Muslim pertama yang menerima penghargaan tersebut, bersama dua ilmuwan dari Barat.
Penemuannya membantu membangun dasar teori “Standard Model” dalam fisika modern.
Ketika berdiri di podium Nobel, dia mengenakan jubah panjang khas Timur,
dan dengan suara tenang membacakan ayat suci sebagai bentuk syukur.
Dunia terpana.
Seorang ilmuwan Muslim dari dunia ketiga, berdiri sejajar dengan para pemikir Barat.
Membangun Ilmu untuk Negeri yang Tertinggal
Meski dunia Barat membuka pintu baginya, Salam tidak lupa dari mana beliau berasal.
Ia mendirikan International Centre for Theoretical Physics (ICTP) di Italia —
sebuah lembaga yang membantu ilmuwan dari negara-negara berkembang untuk berkarya dan berkolaborasi.
Ribuan anak muda dari Afrika, Asia, hingga Timur Tengah kini berkarya berkat warisan akademiknya.
Bukan Ilmu yang Ditolak… Tapi Keyakinan
Namun, semua prestasi itu tidak cukup untuk membuatnya diterima sepenuhnya di negaranya sendiri.
Kenapa?
Karena Abdus Salam adalah seorang Muslim Ahmadi.
Sebuah kelompok yang pada tahun 1974 secara resmi dinyatakan bukan bagian dari Islam oleh konstitusi Pakistan.
Akibatnya:
- Gelar kehormatan dicabut
- Namanya dihapus dari buku-buku pelajaran
- Bahkan di batu nisannya, kata “Muslim” dihapus paksa oleh otoritas
Sebuah Ironi Tragis
Dunia menyambutnya sebagai pelita dari Timur.
Tapi negerinya sendiri menghapus jejaknya dari sejarah.
Namun Abdus Salam tidak marah.
Dia tetap melayani dunia, membantu siapa pun yang ingin belajar.
“Ilmu adalah warisan bersama umat manusia,” katanya.
“Dan tugas kita hanyalah menyalakan cahaya bagi yang datang setelah kita.”
Penutup:
Abdus Salam mengajarkan bahwa iman dan ilmu tidak harus bertentangan.
Bahwa perbedaan keyakinan bukan alasan untuk membenci.
Dan bahwa pengabdian tidak perlu panggung—cukup hati yang bersih dan niat yang tulus.
Referensi :
1.Nobel Prize Official Website
2. ICTP – International Centre for Theoretical Physics
3. BBC Urdu – "Salam: Pakistan's Forgotten Nobel Laureate"
4. The Guardian – "Pakistan’s Nobel prize winner was shunned for his faith"
5. Film Dokumenter: “Salam: The First ****** Nobel Laureate” (2018)
6. UNESCO Tribute to Abdus Salam
Ahmadiyya
Edukasi
Fisika
Motivasi & Inspirasi
Muslim pernama yang mendapagkan Nobel
Nobel Fisika
perdamaian dan toleransi
Prof.Dr.Abdu salam
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar