Mengatur Keuangan dan Bisnis ala Abdurrahman bin Auf: Yuk Belajar Bareng

Penulis : Abd Rahman Ak

Assalammualaikum wr Wb

Belajar mengatur uang ala Abdurahman Bin Auf, Kisah perjalanan Abdurahman Bin Auf dari Nol sampai bisnis besar

Hallo, sahabat semua, jujur saya juga masih belajar soal mengatur keuangan. Kadang uang terasa cukup, kadang terasa kurang. Pernah tidak, gaji baru masuk tapi sudah habis dalam hitungan hari? Atau tiba-tiba kita bingung karena ada kebutuhan mendesak yang tidak disiapkan sebelumnya?

Saya yakin banyak dari kita mengalami hal serupa. Justru karena itu, mari kita belajar bersama. Dan kali ini, saya ingin mengajak sahabat menimba inspirasi dari salah satu sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang luar biasa: Abdurrahman bin Auf, ra.

Beliau bukan hanya kaya raya, tapi juga dikenal dermawan, jujur, dan pandai mengelola harta dengan penuh berkah. Dari perjalanan hidup beliau, kita bisa menemukan banyak pelajaran berharga tentang keuangan dan bisnis yang tetap relevan hingga hari ini

Siapa Abdurrahman bin Auf? Inspirasi dari Sahabat Nabi

Abdurrahman bin Auf ra adalah salah satu dari sepuluh sahabat Nabi ﷺ yang dijamin masuk surga. Beliau lahir di Mekah dan termasuk orang awal yang memeluk Islam. Setelah hijrah ke Madinah, beliau tidak membawa harta, tapi dengan semangat, kerja keras, dan kejujuran, Abdurrahman mampu membangun kerajaan bisnis yang besar.

Yang menarik, meskipun kaya raya, beliau tetap hidup sederhana. Tidak silau dengan dunia, dan selalu ingat bahwa harta hanyalah titipan Allah. Sifat-sifat beliau yang menonjol antara lain:

  • Jujur dan amanah dalam setiap transaksi.
  • Tidak pernah mengambil keuntungan dengan cara zalim.
  • Dermawan, suka berbagi dengan sesama.

Itulah mengapa, meskipun sukses besar, beliau tetap dicintai banyak orang.

Baca juga : Gengsi Gak Bikin Kaya: Rahasia Uang Datang ke yang Mau Mulai dari Nol

Kunci Sukses Finansial Abdurrahman bin Auf

1. Jujur dan Amanah dalam Bisnis

Bisnis Abdurrahman berkembang karena satu hal utama: kejujuran. Beliau tidak pernah menipu, tidak menyembunyikan cacat barang, dan selalu menepati janji. Karena integritas itu, orang-orang percaya dan setia bertransaksi dengannya.

Prinsip ini masih berlaku sampai sekarang. Di era digital, konsumen makin kritis. Sekali kita menipu atau tidak amanah, kepercayaan hilang dan sulit kembali. Maka, jujur adalah modal utama dalam bisnis.

2. Kerja Keras Tanpa Mengeluh

Abdurrahman bin Auf memulai dari nol. Saat hijrah ke Madinah, beliau tidak membawa harta. Tapi bukannya mengeluh, beliau justru berkata: “Tunjukkan kepadaku di mana pasar.”

Beliau bekerja keras, bahkan tidak malu menjajakan barang dagangan sederhana. Dari situlah usahanya berkembang. Prinsip beliau: lebih baik lelah di jalan halal daripada mudah di jalan haram.

3. Dermawan, Tidak Lupa Berbagi

Kekayaan Abdurrahman bin Auf tidak hanya untuk dirinya. Beliau banyak mendermakan harta di jalan Allah: membiayai jihad, membantu fakir miskin, hingga memberi nafkah kepada keluarga Nabi ﷺ.

Konsep ini memberi pesan bahwa rezeki semakin berkah saat dibagikan. Kekayaan sejati bukanlah menumpuk harta, tapi seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan kepada orang lain.

Pelajaran Keuangan untuk Kita, Masyarakat Biasa

1. Bedakan Kebutuhan dan Keinginan

Sering kali kita terjebak antara kebutuhan dan keinginan. Padahal, keduanya sangat berbeda.

Kebutuhan: makan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan.

Keinginan: gadget terbaru, nongkrong di café mahal, liburan mewah.

Abdurrahman bin Auf mengajarkan untuk hidup sederhana meski kaya. Jadi, kita pun bisa belajar menahan diri dari gaya hidup konsumtif yang sering menguras kantong.

2. Kelola Uang dengan Bijak

Mengatur keuangan tidak harus rumit. Langkah sederhana bisa dimulai dari:

  • Catat pemasukan dan pengeluaran agar tahu ke mana uang pergi.
  • Sisihkan sebagian untuk tabungan/investasi meski jumlahnya kecil.
  • Hindari utang konsumtif yang hanya untuk gengsi.

Dengan cara ini, keuangan akan lebih terkendali dan tidak mudah bocor.

Berani Berbisnis Kecil

Abdurrahman bin Auf tidak langsung besar, beliau mulai dari kecil. Hal ini bisa jadi motivasi buat kita. Bisnis tidak harus dimulai dengan modal besar.

  • Jualan makanan kecil-kecilan.
  • Menawarkan jasa sesuai kemampuan.
  • Bisnis online sederhana.

Ingat, tidak ada rezeki yang terlalu kecil kalau dikelola dengan sabar. Bisnis kecil yang halal bisa berkembang jika dijalani dengan tekun.

Baca juga : Apa Bisa Uang Receh Jadi Modal Bisnis Digital ? Yu Temukan Jawabannya

Menjadikan Bisnis sebagai Jalan Keberkahan

Uang memang penting, tapi bukan tujuan akhir. Bagi Abdurrahman bin Auf, bisnis adalah jalan ibadah. Setiap keuntungan bisa menjadi amal ketika dipakai untuk kebaikan.

Jika setiap orang berbisnis dengan niat ibadah:

  • Keuntungan sebagian disedekahkan.
  • Bisnis membuka lapangan kerja bagi orang lain.
  • Kejujuran dijadikan prinsip utama.

Maka dunia usaha tidak hanya soal untung-rugi, tapi juga keberkahan.

Sahabat, mengatur keuangan ala Abdurrahman bin Auf memberi kita banyak pelajaran. Bahwa yang terpenting bukan seberapa banyak harta yang kita punya, tapi bagaimana kita mengelolanya agar penuh keberkahan.

Saya pun masih belajar, dan saya yakin kita bisa sama-sama belajar bareng. Mari kita mulai dengan langkah sederhana: membedakan kebutuhan dan keinginan, mengelola keuangan dengan bijak, berani memulai usaha kecil, serta tidak lupa berbagi.

Karena pada akhirnya, keberkahan harta lebih utama daripada sekadar jumlahnya. Yuk, kita sama-sama berusaha mengelola keuangan dengan cara yang lebih baik, sederhana, dan penuh makna.

Baca juga : Jangan Menuhankan Uang, Tapi Raih Rezeki dengan Semangat Pagi


Komentar