Belajar dari Pengalaman: Hakikat Jodoh Antara Takdir, Usaha, dan Doa


Penceraian bukan akhir dari sekalanya tapi awal kehidupan baru

Pernah kita bertanya dalam hati, “Kalau ternyata aku sudah menikah tapi akhirnya bercerai, apakah itu berarti dia bukan jodohku?” atau bagi yang belum menikah dan masih lajang " kenapa ya aku masih belum menemukan jodoh ku ?" 🤔 Pertanyaan ini sering muncul, apalagi ketika rumah tangga yang sudah kita bangun dengan penuh cinta berakhir di meja pengadilan. Rasanya seperti gagal, seperti Allah belum menuliskan jodoh untuk kita.

Tapi benarkah demikian? Apa sebenarnya hakikat jodoh? Apakah jodoh itu sekadar siapa yang menikahi kita, atau ada makna yang lebih dalam? Yuk, kita belajar sama-sama dari pengalaman, dari kehidupan nyata, dan dari panduan yang sudah Allah dan Rasul-Nya ajarkan.

Pengalaman yang Mengajarkan Arti Sabar

Banyak dari kita yang pernah atau sedang merasakan pahitnya kegagalan dalam rumah tangga. Ada yang bercerai karena ekonomi, ada yang karena ego, ada juga karena kehilangan rasa percaya. Tidak sedikit yang merasa ditinggalkan padahal sudah berjuang sekuat tenaga.

Fakta di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa lebih dari 62% perceraian dipicu oleh pertengkaran terus-menerus, dan sebagian besar pertengkaran itu punya akar masalah di ekonomi. Dan yang lebih mirisnya lagi 78,3% wanita yang menggugat di pengadilan. Jadi sebenarnya, kita tidak sendirian. Ratusan ribu pasangan mengalami hal serupa setiap tahunnya.

Namun, apakah berarti mereka semua salah memilih jodoh? Belum tentu. Bisa jadi, mereka memang dipertemukan hanya untuk sementara waktu, sebagai ujian, sebagai guru kehidupan.

Takdir: Jodoh Sudah Tertulis Sejak Awal

Dalam Islam, jodoh termasuk dalam takdir Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ قَدَّرَ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim)

Artinya, siapa jodoh kita sudah tertulis jauh sebelum kita lahir. Kalau begitu, kenapa masih ada yang menikah tapi akhirnya bercerai? Jawabannya adalah karena takdir Allah itu luas. 

Ada jodoh mu’aqqat (sementara), dan ada jodoh haqiqi (sejati) :

  1. Jodoh sementara: pasangan yang hadir hanya untuk sebagian perjalanan hidup kita. Bisa jadi dia hadir agar kita belajar tentang kesabaran, tanggung jawab, atau makna mencintai.
  2. Jodoh sejati: pasangan yang benar-benar menjadi penenang hati (QS. Ar-Rum: 21), menemani sampai akhir hayat, dan mudah-mudahan dipertemukan kembali di surga.

Jadi, kalau kita pernah menikah lalu bercerai, bukan berarti dia bukan jodoh. Dia tetap jodoh kita, hanya saja jodoh sementara.

Baca juga : Peluang Digital: Update Kemampuanmu dengan HP di Genggaman Kita

Usaha: Jodoh Tidak Datang Kalau Kita Diam Saja

Meski jodoh sudah tertulis, bukan berarti kita bisa pasrah tanpa usaha. Allah sudah kasih pedoman bahwa kita tetap wajib menjemputnya.

Allah berfirman :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”(QS. Ar-Ra’d: 11)

Artinya jelas, kalau kita ingin dipertemukan dengan jodoh terbaik, kita juga harus memantaskan diri:

  • memperbaiki akhlak
  • memperdalam iman
  • menjaga pergaulan
  • Memantaskan diri menjadi lebih baik
  • berani melangkah dengan cara yang halal
Sehingga jodoh sebagai cerminan diri kita sendiri, sebagaimana Firman Allah dalam QS. An-Nur ayat 26 :

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. An-Nur: 26)

Ayat ini jadi dasar bahwa jodoh sering kali adalah cerminan diri kita sendiri. Kalau kita memperbaiki diri, insyaAllah Allah akan mendatangkan pasangan yang sejalan dengan kualitas diri kita.

Kadang kita terjebak pada pola pikir: “Kalau jodoh, pasti datang sendiri.” Padahal tidak. Jodoh itu seperti rezeki: sudah ditetapkan Allah, tapi harus dijemput dengan usaha.

Doa: Kekuatan yang Tidak Boleh Diremehkan

Selain usaha, ada doa yang menjadi senjata paling kuat. Doa bukan hanya permintaan, tapi juga tanda penyerahan diri pada Allah. Kita percaya bahwa Allah tahu kapan waktu terbaik untuk mempertemukan kita dengan pasangan yang tepat.

Salah satu doa yang indah ada dalam Al-Qur’an:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Dengan doa, hati kita lebih tenang. Kita tidak panik, tidak terburu-buru, dan tidak asal memilih. Kita yakin, Allah akan memberi jodoh terbaik di waktu yang tepat.

Rasulullah ﷺ sudah mengingatkan juga:

“Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, kalau kita hanya menikah karena fisik, harta, atau status sosial, biasanya hubungan tidak bertahan lama. Tapi kalau pondasinya agama dan akhlak, insyaAllah lebih kokoh.

Hakikat Jodoh yang Sebenarnya

Dari semua pengalaman pahit, dari semua perceraian, dari semua doa yang belum terkabul, kita belajar satu hal: hakikat jodoh sejati bukan sekadar siapa yang menikahi kita. Hakikat jodoh sejati adalah:

  • pasangan yang menenangkan hati (sakinah)
  • pasangan yang membawa kita dekat kepada Allah
  • pasangan yang mau berjuang bersama melewati suka dan duka
  • pasangan yang insyaAllah bisa menjadi teman di dunia dan akhirat.

Dunia ini sementara, jadi jangan sampai kita puas hanya dengan jodoh sementara, tapi lupa berdoa agar Allah pertemukan kita dengan jodoh sejati yang menemani sampai surga.

Kalau saat ini kita masih sendiri, jangan merasa gagal. Kalau pernah bercerai, jangan merasa hancur. Karena setiap pertemuan dan perpisahan adalah bagian dari rencana Allah. Jodoh sejati kita mungkin belum datang, atau mungkin sudah dekat tapi Allah masih menunda waktunya.

Yang bisa kita lakukan adalah tiga hal sederhana:

  • yakini takdir Allah,
  • lakukan usaha terbaik,
  • jangan pernah berhenti berdoa.

Karena pada akhirnya, jodoh sejati bukan sekadar siapa yang datang menemani, tapi siapa yang mau bersama-sama berjalan menuju ridha Allah. ✨

Baca juga : Shalat: Ketenangan Jiwa dan Jalan Perbaikan Dunia

Komentar