Peringatan WSD 2025 di RS Mata Cicendo: 13 Anggota Islam Ahmadiyya Raih Penghargaan atas Dedikasi Kemanusiaan

Penulis Abd Rahman Ak

Pho bersama dengan para dokter Rs.Cicemdo, Direktur utama Rs.Mata Cicemdo, dan Ketua PKK Jawabarat dalam rangka memperingati Word Sigh Day di Rs Mata Cicendo

Bandung, 3 Oktober 2025 — Dalam rangka memperingati World Sight Day (WSD), Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung memberikan penghargaan kepada para pendonor kornea mata yang telah menginspirasi banyak orang melalui tindakan kemanusiaan yang nyata.

Acara penuh haru dan khidmat ini digelar di Auditorium RS Mata Cicendo, dalam acara ini dihadiri langsung oleh Direktur Utama RS Mata Cicendo Dr. dr. Antonia Kartika, Sp.M(K), M.Kes, Ketua PKK Provinsi Jawa Barat dr. Siska Gerfianti, M.H.Kes., Sp.DLP., juga di hadiri oleh dokter senior dr Niken Budiastuti, MM,  Staf RS. Mata Cicendo, dan Lionsclub.

Mereka menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada keluarga pendonor yang telah mewariskan “cahaya baru” bagi sesama manusia melalui sumbangan mata mereka.

Dari 13 orang penerima penghargaan, semuanya merupakan warga komunitas Muslim Ahmadiyya yang berasal dari Cianjur dan Bandung.

Mereka adalah bagian dari gerakan kemanusiaan yang senyap, jauh dari sorotan media, namun memiliki makna besar bagi dunia kesehatan mata dan perdamaian antarumat beragama.

Mereka Almarhun dan Almarhumah yang Memberi Cahaya Setelah Tiada

Para pendonor itu antara lain:

  1. Yedi Kusnadi bin Kayat (63 tahun)
  2. Apud Mahpudin (75 tahun) 
  3. Didin bin Mu’ri (83 tahun)
  4. Maemunah binti Samsudin (55 tahun)
  5. Yuhaeti binti Adang Rahmat (65 tahun)
  6. Uen Heni binti Udil Bajuri (68 tahun)
  7. Masiroh binti H. Hasan (103 tahun)
  8. Jenab binti Handi (54 tahun),
  9. Ahmad bin Kasim (50 tahun)
  10. E. Kulsum binti Entjim (91 tahun)
  11. Drs. A. Syafei (86 tahun)
  12. Anwar Suryana bin H. Halim (82 tahun)
  13. Nanang Ruchyana (81 tahun).

Nama-nama itu bukan hanya daftar penerima penghargaan — mereka adalah simbol dari ketulusan, cinta, dan pengorbanan.

Setiap kornea mata yang didonorkan telah menjadi jendela baru bagi orang lain untuk melihat dunia.

Dalam dunia medis, donor kornea bukan sekadar tindakan medis, melainkan wujud kasih sayang yang abadi.

Sebagai mana dalam pidato Pimpinan Ahmadiyya Khalifah V, berkata pada Konferensi Internasional Humanity First (2018):

“Meskipun demikian, terlepas dari penyebab penderitaan itu, jika kita mengaku sebagai muslim sejati, maka kewajiban dan tugas terpenting kita adalah membantu semua orang yang menghadapi kesulitan dan berusaha meringankan penderitaan dan kesusahan orang lain.” 

“Agama Islam telah mengajarkan kepada kita dua cara utama melayani umat manusia. Cara pertama adalah mengajak orang-orang mendekat kepada pencipta-Nya … Cara kedua … adalah membantu orang-orang pada saat mereka membutuhkan dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi mereka yang kekurangan atau menghadapi cobaan dan kesusahan.” 

Ucapan itu menggambarkan filosofi sederhana tentang Islam Rahmat bagi seluruh alam semesta : ikhlas memberi, tanpa berharap pujian.

Inilah makna sejati Islam dari kemanusiaan — ketika cinta diubah menjadi aksi nyata.

Kemanusiaan yang Menembus Batas Perbedaan

Kegiatan donor mata yang dilakukan warga Ahmadiyya ini menjadi contoh nyata bahwa nilai-nilai Islam sejati mengajarkan kasih sayang dan perdamaian.

Dalam masyarakat yang sering terpecah oleh perbedaan, langkah ini menjadi pesan moral yang kuat: bahwa membantu sesama adalah ibadah universal yang melampaui sekat ideologi dan mazhab.

“Kita tidak bisa memilih kepada siapa kita menolong, tapi kita bisa memilih untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi siapa pun,” (Abd Rahman Ak )

Tindakan sederhana ini seolah menampar kerasnya dunia yang sering kali lebih sibuk memperdebatkan perbedaan daripada menumbuhkan cinta kasih.

Ahmadiyya, yang kerap disalahpahami, justru menunjukkan kepada dunia bahwa jawaban atas kebencian adalah cinta, dan jawaban atas fitnah adalah pelayanan.

Baca juga : Dialog Socrates dan Islam: Seni Bertanya, Seni Berpikir Kritis

Islam dan Nilai-Nilai Kemanusiaan

Photo bersama dengan KDMI Muslim Ahmadiyya di acara Word Sight Day  di Rs. Mata Cicendo

Acara Peringatan World Sight Day (WSD) 2025 di RS Mata Cicendo juga dihadiri oleh anggota Komunitas Donor Mata Indonesia (KDMI), sebuah komunitas yang bernaung di bawah Jemaat Muslim Ahmadiyya Indonesia.

Selama ini, KDMI dikenal aktif dalam menggerakkan semangat kemanusiaan melalui program donor mata di berbagai wilayah Indonesia.

Tokoh-tokoh pemuda dan pemudi Ahmadiyya seperti Kang Syafaat ( Bandung ), Kang Hendar ( Bandung ), dan dr. Alfi turut hadir dalam acara ini sebagai bentuk komitmen dan seruan nyata bahwa pengabdian kepada manusia adalah bagian dari ibadah kepada Allah.

Kehadiran para anggota KDMI di tengah acara penghargaan ini memperkuat pesan kemanusiaan yang universal : bahwa setiap tindakan kecil seperti mendonorkan mata dapat menjadi cahaya bagi kehidupan orang lain.

Inilah wujud ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, Islam mengajarkan bahwa menolong sesama manusia adalah ibadah yang tinggi nilainya di sisi Allah SWT.

Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan pentingnya menyelamatkan kehidupan:

وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا

“Dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan semua manusia.” (QS. Al-Māidah [5]: 32)

Ayat ini bukan hanya sekadar teks spiritual, tetapi juga panggilan kemanusiaan.

Menolong orang buta agar kembali melihat adalah perbuatan mulia yang sejalan dengan prinsip Islam tentang kasih sayang universal (rahmatan lil ‘alamin).

Dalam ajaran Nabi Muhammad ﷺ pun ditegaskan,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruquthni)

Dengan meneladani ajaran itu, warga Ahmadiyya telah menunjukkan bahwa keimanan yang sejati tidak diukur dari seberapa sering berbicara tentang kebaikan, tetapi seberapa tulus mewujudkannya.

RS Mata Cicendo dan Bank Mata Gerakan Donor Mata Nasional 

Sebagai rumah sakit rujukan nasional untuk kesehatan mata, RS Mata Cicendo terus berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya donor kornea.

Melalui acara World Sight Day 2025, rumah sakit ini ingin menegaskan bahwa donor mata adalah bentuk cinta yang melampaui kematian.

Direktur Utama RS Mata Cicendo Dr. dr. Antonia Kartika, Sp.M(K), M.Kes, memberikan apresiasi mendalam kepada seluruh keluarga pendonor, dalam sesi pemberian penghargaan, bahwa tindakan Alm dan Almh telah “memberi kehidupan baru bagi mereka yang selama ini hidup dalam kegelapan, begitupun menyampaikan banyak terimakasih kepada komunitas Islam Ahmadiyya dalam berperan aktif melalui donor mata sebagai bentuk kemanusiaan "

Sementara Ketua PKK Provinsi Jawa Barat dr. Siska Gerfianti, M.H.Kes., Sp.DLP., menyampaikan apresiasi saat memberikan piagam penghargaan kepada keluarga pendonor mata " bahwa gerakan seperti ini harus terus digalakkan karena membawa manfaat nyata bagi masyarakat luas".

Begitupun perwakilan dari keluarga besar Bapak Alm.Yedi Kusnadi, Abd. Rahman, A.k. S.pd mengatakan bahwa " Donor mata adalah tindakan kemanusiaan yang nyata tanpa membedakan ras, suku, golongan maupun Agama untuk membantu manusia agar mendapat kembali cahaya yang lebih bermakna" 

Gerakan donor mata ini juga berpotensi mendukung program kesehatan berkelanjutan di Indonesia, terutama dalam penanganan kasus kebutaan kornea yang masih cukup tinggi.

Dalam konteks sosial, kegiatan ini menjadi bukti bahwa agama dan kemanusiaan dapat berjalan berdampingan, saling menguatkan, dan saling memberi cahaya.

Cinta Damai dalam Tindakan Nyata

Di tengah dunia yang penuh konflik, masih ada orang-orang yang memilih jalan kasih.

Ahmadiyya, melalui langkah sederhana seperti donor kornea, sedang mengirimkan pesan besar ke dunia:

  • Bahwa Islam bukan agama yang membenci, melainkan yang mengasihi."
  • Dalam setiap mata yang kembali melihat, ada pesan keindahan: "bahwa cinta kepada Allah bisa diwujudkan dengan cinta kepada manusia".
  • Dan dalam setiap penghargaan yang diterima, terselip doa agar semoga kebaikan itu menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk ikut menebar cahaya damai.

Inilah Wajah Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

Donor mata bukan sekadar tindakan medis, melainkan simbol cinta yang mencerahkan.

Inilah salah satu ajaran Islam yang sejati — rahmatan lil ‘alamin, membawa kasih, kedamaian, dan manfaat bagi seluruh umat manusia.

Melalui tindakan ini, umat Muslim Ahmadiyya menghidupkan kembali pesan universal Nabi Muhammad ﷺ: bahwa Islam sejati bukan hanya diucapkan, tapi dihidupkan dalam kasih dan pelayanan.

Baca juga : Hidup Bukan Tentang Bebas dari Derita, Tapi Menemukan Makna di Dalamnya: Belajar dari Viktor Frankl dalam Buku Man's Search For Meaning

Mata yang Tak Pernah Padam

Bila mata adalah jendela jiwa, maka donor kornea adalah jendela abadi bagi kemanusiaan.

Mereka yang telah berpulang kini hidup dalam pandangan orang lain — menatap dunia dari sudut yang baru, membawa pesan cinta, damai, dan pengorbanan.

Kegiatan ini bukan hanya perayaan medis, tapi juga perayaan spiritual: bahwa kebaikan tidak pernah mati.

Selama masih ada orang yang mau memberi, selama masih ada cinta yang tulus, dunia ini akan selalu punya alasan untuk tetap terang.

Komentar