Tasyakur 100 Tahun Muslim Ahmadiyya Indonesia: Memancarkan Islam Penuh Cinta dan Perdamaian Melalui Pengabdian Kemanusiaan untuk Negeri

Penulis Abd Rahman Ak

Tasyakur Jemaat Ahmadiya Indonesi penuh cinta dan damai

Islam diturunkan Allah bukan untuk menebar kebencian, tetapi untuk menjadi rahmat bagi seluruh manusia. Inilah pesan utama dari firman-Nya dalam Al-Qur’an:

وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)

Ayat ini menegaskan bahwa Islam bukanlah agama yang hadir untuk kelompok tertentu saja, melainkan rahmat universal. Rahmat itu diwujudkan dalam bentuk kasih sayang, kepedulian, dan perdamaian.

Rasulullah ﷺ juga menegaskan dalam hadis:

“Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin lainnya selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, seorang Muslim sejati bukanlah yang menebarkan teror atau kebencian, melainkan yang membuat orang lain merasa aman dari perkataan dan perbuatannya.

Inilah prinsip yang sejak awal dipegang teguh oleh Jemaat Ahmadiyya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Ahmadiyya di Indonesia: Sejarah dan Konsistensi

Ahmadiyya hadir di Indonesia sejak tahun  1925, melalui para mubaligh Ahmadiyya yang datang ke Indonesia, menyebarkan ajaran Islam penuh cinta. Keberadaannya memberi warna baru pada dakwah Islam, dengan menekankan dialog, pendidikan, dan pengabdian kemanusiaan.

Namun, perjalanan Ahmadiyya tidaklah mulus. Jemaat ini berkali-kali menjadi sasaran diskriminasi, penyegelan masjid, pengusiran, bahkan pengrusakan rumah ibadah. Meski demikian, mereka tetap konsisten dengan semboyan universal:

“Love for All, Hatred for None” — Cinta untuk Semua, Tiada Kebencian untuk Siapa Pun"

Baca juga : Jalsa Salana UK 2025: Sebuah Doa untuk Dunia yang Lelah dengan Kekerasan

Bukti Nyata Pengabdian Kemanusiaan Ahmadiyya

Meski menghadapi tekanan, kontribusi Ahmadiyya di Indonesia nyata dan terukur. Mereka menjawab kebencian bukan dengan balasan, melainkan dengan pelayanan sosial dan kemanusiaan.

1. Donor Darah

Program donor darah rutin digelar oleh Jemaat Ahmadiyya di berbagai daerah Indonesia. Ribuan kantong darah telah disumbangkan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, tanpa membedakan siapa penerimanya.

Menurut data GiveBlood yang diinisiasi Humanity First, lebih dari 10.000 kantong darah telah terkumpul hingga 2023. Platform ini bahkan menghubungkan pencari donor dan relawan di radius ±20 km — sebuah inovasi nyata untuk menolong tanpa sekat agama maupun suku.

2. Klinik dan Pelayanan Kesehatan Gratis

Ahmadiyya juga mendirikan klinik gratis di beberapa wilayah, memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang sulit mengakses rumah sakit.

Salah satu contohnya adalah Klinik Asih Sasama. Data menunjukkan:

  • Tahun 2022 → melayani 3.045 pasien (poliklinik umum, gigi, kebidanan, perawatan rumah).
  • Tahun 2023 → melonjak tajam hingga 16.000 pasien yang mendapat pelayanan kesehatan gratis.

Angka ini menjadi bukti betapa besar peran Jemaat dalam menyehatkan masyarakat, bukan hanya jamaahnya sendiri, tetapi masyarakat umum.

3. Donor Mata & Gift of Sight

Program Gift of Sight dari Humanity First Indonesia menyediakan pemeriksaan mata gratis, pemberian kacamata, pengobatan infeksi, hingga operasi katarak.

Bahkan saat meninggalpun orang ahmadiyya medonorkan matanya untuk kebermanfaatan semua orang. 

Contoh nya adalah Almh Ibu Nia Kurniasih dan Almh Bpk. Yedi Kusnadi pasangan suami istri dari Panyairan, Cianjur beliau berdua telah mendonorkan kornea matanya, mudah-mudahan Allah ta'ala menerima amal ibadah dan kebaikannya, begitupun untuk semua orang yang telah memberikan manfaat akan hal ini aamiin.

Lewat program ini, warga Indonesia bisa kembali merasakan nikmat penglihatan. Sejumlah lokasi pelaksanaan termasuk wilayah terpencil yang sulit dijangkau, menunjukkan komitmen Ahmadiyya melayani hingga pelosok.

Sehingga, Tahun 2017, Jemaat Ahmadiyya di indonesia menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai “Komunitas dengan Anggota Pendonor Mata Terbanyak secara Berkesinambungan.” 

4. Humanity First Indonesia: 20 Tahun Pengabdian

Sejak resmi berdiri di Indonesia, Humanity First (HF) aktif membantu masyarakat dalam berbagai aspek. Dari laporan “20 Tahun HF Indonesia dalam Data (2025)”, diperoleh fakta berikut:

  • Disaster Relief (Tanggap Bencana): sejak 2015–2023, lebih dari 18 kabupaten terdampak bencana menerima bantuan; total penerima manfaat lebih dari 60.000 orang.
  • Sanitasi & Air Bersih (Water for Life): lebih dari 15 desa telah dibangun fasilitas MCK dan pompa air, memberi dampak langsung kepada ± 5.000 penerima manfaat.
  • Kesehatan: Klinik Asih Sasama (2022–2023) melayani puluhan ribu pasien tanpa diskriminasi.
  • Donor Darah: lebih dari 10.000 kantong darah sudah terkumpul.

Data ini membuktikan bahwa pengabdian Ahmadiyya bukan sekadar slogan, tetapi kerja nyata yang terdokumentasi.

5. Clean The City (CTC)

Gerakan kebersihan lingkungan “Clean The City” menjadi salah satu bukti nyata kepedulian Ahmadiyya terhadap kebersihan lingkungan.

Sebagai contoh beberapa kegiatan yang sudah di lakukan : 

  • Pada 1 Januari 2016, Jemaat Ahmadiyya lewat Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia (PP MKAI) menyelenggarakan aksi ini secara serentak di lebih dari 42 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
  • Di Kediri, puluhan relawan membersihkan kawasan Simpang Lima Gumul.
  • Di Bogor, Bekasi, Jakarta, Makassar, hingga Pontianak, aksi ini berjalan penuh semangat.
  • Terbaru, pada 1 Januari 2025, sekitar 300 anggota Jemaat Ahmadiyya dari berbagai wilayah Jakarta membersihkan kawasan Monumen Nasional (Monas).

Gerakan ini sederhana, tetapi sarat makna. Membersihkan kota pasca perayaan pergantian tahun adalah bentuk nyata kepedulian sosial dan kecintaan terhadap negeri.

Membalas Kebencian dengan Cinta

Di banyak tempat di Indonesia, Jemaat Ahmadiyya masih sering menjadi korban intoleransi. Masjid mereka disegel, rumah ibadah dirusak, bahkan ada yang terusir dari kampung halaman. Namun, respons mereka selalu sama: cinta dan doa.

Mereka memilih menyalurkan energi bukan untuk melawan dengan kekerasan, tetapi untuk membangun Klinik, menggelar donor darah, menolong korban bencana, dan membersihkan lingkungan bahkan banyak lagi sumbangsih Ahmadiyya untuk Negri

Inilah pesan moral yang seharusnya membuat siapa pun, termasuk mereka yang membenci, merenung: jika orang yang kita aniaya justru membalas dengan cinta, siapa sebenarnya yang lebih dekat dengan ajaran Islam sejati?

Islam Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Praktik

Ahmadiyya di Indonesia telah menunjukkan bahwa Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam bukan hanya slogan, melainkan aksi nyata. Mereka menghadirkan Islam yang hidup dalam bentuk:

  • Menolong tanpa pandang bulu.
  • Mengorbankan waktu, tenaga, dan harta demi kemanusiaan.
  • Membalas kebencian dengan cinta kasih.

Inilah salah satuh contoh ajaram Islam dengan cinta dan damai yang diperlihatkan oleh organisasi Islam Ahmadiyya, 100 tahun Khilafat Ahmadiyya di Indonesia adalah perjalanan panjang yang penuh ujian, tetapi juga penuh berkah. Jemaat telah menunjukkan bahwa Islam sejati bukanlah yang menakutkan, melainkan yang menenangkan.

Islam yang mereka pancarkan adalah Islam yang membuat orang merasa aman, Islam yang memberi cahaya, Islam yang mengabdi untuk kemanusiaan.

Dan inilah pesan untuk kita semua: jika masih ada yang membenci Ahmadiyya, sebaiknya berhentilah sejenak, lihatlah fakta pengabdian mereka. Niscaya hati akan luluh, sebab kebencian tidak pernah menang melawan cinta.

Inilah Islam: cinta dan perdamaian, melalui pengabdian kemanusiaan untuk negeri.

Baca juga : Islam Tidak Mengajarkan Kekerasan: Menilik Buku Murder in the Name of Allah

Disclaimer : Artikel ini disusun semata-mata untuk menukilkan nilai cinta, damai, dan pengabdian kemanusiaan sebagaimana diajarkan dalam Islam dan dipraktikkan oleh Jemaat Ahmadiyya di Indonesia. Seluruh isi artikel bertujuan memberikan edukasi, inspirasi, serta menyadarkan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Artikel ini bukan untuk memicu perpecahan, polemik, atau kebencian, melainkan untuk memperkuat persaudaraan, toleransi, dan persatuan bangsa.


Komentar